09/06/19

Prosesi Waisak & Pelepasan Lampion di Candi Borobudur 2019

Diposting oleh iylmagination di 18.56
Ini kedua kalinya Gw ke Candi Borobudur, Magelang untuk mengikuti prosesi ibadah Waisak juga pelepasan lampion dan kirab. Karena tahun lalu tidak sampai ikut pelepasan lampionnya dan kirab dari Candi Mendut.
Untuk run down acaranya dapat dilihat di website Walubi.
Pada tahun ini, detik-detik Waisak jatuh pada 19 Mei 2019 pukul 4.11 pagi.

18 Mei 2019.
Perjalanan ini dimulai dari Terminal Jombor menuju Magelang dengan naik bis Cemara Tunggal. Ongkosnya Rp. 20.000, alternatif lain bisa naik Damri dari Bandara Adisucipto. Tadinya Gw mau ambil opsi ini tapi Gw ketinggalan bis.

Perjalanan dari Terminal Jombor sampai kawasan Candi Mendut memakan waktu sekitar 1 jam. Jalan menuju kawasan candi ditutup jadi Gw turun di tempat terdekat ke Candi Mendut dan sambung dengan ojek.

Sampai di Candi Mendut, Gw langsung menuju meja registrasi. Di sini akan diminta KTP dan ditanya dari rombongan majelis mana. Beruntungnya Gw, biarpun KTP Gw bukan Buddhist tapi gw berhasil dapat tanda peserta :D
Hal ini yang bikin deg-deg-an sebelum berangkat, Gw takut ga bisa masuk. Tapi setelah lega, Gw baru cari sarapan di sekitar Candi Mendut.
Menurut run down acara, para Bikkhu dan Sangha sedang istirahat. Jadi, Gw memutuskan untuk ke hotel yang tidak jauh dari Candi Mendut.
Beres-beres dan tidur.

Sekitar pukul 13.00, Gw ke Candi Mendut lagi untuk membeli tiket pelepasan lampion. Harganya Rp. 100.000 untuk tiket dan stiker harapan. Stiker harapan ini nantinya akan ditempel di lampion. Lampion diterbangkan oleh 4 orang. Jadi, tiket tersebut bukan untuk 1 lampion..

Setelah beli tiket lampion ternyata kirab sudah dimulai. Ramai banget! Gw antusias banget ikutin kirab dari Candi Mendut sampai ke Candi Borobudur sejauh kurang lebih 4 Km.




Kirab dan peserta akan masuk melalui pintu 7 Candi Borobudur yang kemudian menuju ke tenda masing-masing majelis. Namun, ada juga yang ke atas Candi Borobudur untuk berdoa, meditasi atau sekedar lihat-lihat.

Salah satu tenda, tenda Mahayana

Mulai malam, Gw memutuskan mengikuti acara di panggung utama. Ada tari-tarian, paduan suara, kata sambutan dari Pak Menteri Agama juga Ketua Umum Walubi.
Setelah itu, sekitar pukul 23.00 diadakan pelepasan lampion yang kedua, setelah sebelumnya pelepasan lampion pertama diadakan pukul 21.00. Pelepasan lampion diadakan di Taman Lumbini.
Peserta diarahkan untuk duduk di antara 2 lilin. Instruksi pelepasan lampion diberikan oleh panitia dan diperagakan oleh Bhante. Sebelum melakukan pelepasan lampion, peserta terlebih dahulu meditasi. Objek meditasi peserta umum boleh apa saja sedangkan untuk umat Buddha, objeknya yakni Sang Buddha.
Suasana begitu hening juga damai :)
Setelah kita bisa merasakan kedamaian dari dalam diri, barulah pelepasan lampion dimulai.

Gw kebagian tugas megang lampion dari sisi atas. Dan begitu lampion mengembang karena panas, kita yang pegang bagian atas ini bisa lepas lampionnya perlahan-lahan.
Takjub banget lihat lampionnya terbang bersama harapan yang ditempel, terang di langit malam. Haha. Lagu Buddhis Lentera Dunia ikut menyertai pelepasan lampion ini.
Dan beruntungnya, panitia memperbolehkan peserta untuk menerbangka 1 lampion lagi. Namun, kali ini dipegang oleh 8 orang.

Gambar yang diambil ga mendukung deskripsi ya haha karena saking excitednya cuma mau lihat lampionnya terbang :P

19 Mei 2019.
Acara berlanjut untuk menyambut detik-detik Waisak. Gw kembali ke panggung utama.



Di sini kembali diadakan paduan suara kemudian doa yang dibawakan oleh masing-masing majelis.
Selain berbeda bahasa yang digunakan, terdapat perbedaan jubah.

Selain tersedia di tenda, di sisi luar panggung utama juga terdapat rupang Buddha untuk dimandikan yang disebut Yi Fo.

Setelah doa dari masing-masing majelis, dilakukan renungan Waisak oleh Bhante dan dilanjutkan dengan tuntunan meditasi. Meditasi berakhir ditandai dengan pemukulan gong. Dan umat bersiap-siap untuk pradaksina, yakni mengelilingi Candi Borobudur sebanyak 3 kali searah jarum jam.
Suasana damai juga magis. Umat merapal mantra :

"Buddham saranam gacchami
Dhammam saranam gacchami
Sangham saranam gacchami"


Umat selanjutnya kembali ke panggung utama untuk Namakhara Gatta. Umat juga diperbolehkan untuk mengambil buah dan bunga persembahan yang dibagikan oleh Bhante.


Dan ini suasana sekitar pukul 06.00 pagi


Selama 16 jam Gw ga tidur sama sekali. Ga bisa curi-curi waktu buat merem kaya yang lain.
Tapi untungnya ga kenapa-kenapa.
Karena prosesi Waisak berlangsung lama, berikut saran dari Gw :
- Minum obat penjaga daya tahan tubuh. Kalau Gw minum imboost
- Minum kopi, karena Gw takut bablas ketiduran jadi Gw beli kopi di area luar Candi.
- Pakai topi. Waktu kirab itu panas & terik.
- Pakai sunscreen
- Bawa makanan & minum yang banyak. Sebenarnya disana ada umat yang bagi makanan dan juga banyak pedagang. Tapi untuk jaga-jaga bawa aja.

Oh iya, tidak seperti tahun lalu Gw pergi sama Hendra. Kali ini Gw sendiri :D
Mengikuti Waisak di Borobudur menurut Gw worth to try apapun kepercayaannya.

Tapi tetap diingat, ini acara ibadah bukan festival. Sebaiknya tidak mengganggu mereka yang sedang berdoa.
Dan juga selalu ingat jaga kebersihan :)

Semoga bisa ikut lagi di tahun depan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

IYLMAGINATION Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea