17/01/23

Dinginnya Sa Pa, Vietnam Bagian Utara

Diposting oleh iylmagination di 07.39 0 komentar

Gunung Fansipan

Sa Pa merupakan tujuan utama Gw saat memutuskan untuk ke Vietnam. 

Setibanya di bandara Noi Ban, Hanoi, Gw mencari transportasi menuju tempat pemberangkatan bis. Gw memesan ojek online melalui Grab tapi driver memanggil ojek lainnya. Dengan bahasa tubuh, sepertinya driver yang akan mengantar Gw adalah ojek satunya ini. Tentu saja Gw menolak karena alasan keamanan. Gw mau identitas dan plat nomor yang sama dengan yang di aplikasi sehingga kalau terjadi kejadian yang tidak diinginkan bisa lebih mudah di-track. Gw mencoba opsi lain yakni dengan taksi online tapi waktu tunggu yang lumayan lama. Sebenarnya ada bis yang tersedia tapi berkali-kali bertanya ke orang Gw bingung karena kendala bahasa. Kendala bahasa dan penerbangan yang delay, jadi penyebab Gw hampir 1 jam di bandara. Namun, akhirnya Gw berhasil naik bis no. 86 yang waktu ngetemnya lama sekali.

Di Google Maps, jarak bandara dan tempat pemberangkatan hanya 45 menit tapi karena bis ngetem, alhasil Gw baru sampai pukul 22.15 sedangkan waktu berangkat 22.00. 

Raut muka kesal kentara sekali saat Gw menyebut tujuan bis Gw di tempat keberangkatan. Salah satu laki-laki langsung memberikan Gw helm dan meminta Gw naik motornya. Ternyata bis sudah berangkat dan terpaksa harus dikejar dengan motor. Selama di jalan, si Bapak mengeluh keterlambatan Gw dan nomor Gw yang tidak bisa dihubungi. Gw merasa tidak enak karena Gw juga tidak mengerti kenapa tidak ada telepon yang masuk dan baru ada pemberitahuan telepon masuk ketika Gw sampai di tempat pemberangkatan. Gw pun mengucap maaf berkali-kali.

Bis berhasil dikejar. Setelah melepas sepatu dan memasukkannya ke plastik kresek yang diberikan supir bis, Gw bergegas masuk ke bagian belakang bis yang masih kosong. Dengan harga sebesar Rp. 153,381, kondisi bis tidak bisa dibilang baik atau buruk terlebih Gw banyak menghabiskan waktu dengan tidur. Gw memesan melalui Bookaway, 

Pukul 6 pagi akhirnya sampai di Sa Pa. Dingin banget! Sa Pa masih gelap dan diselimuti kabut tebal. Sambil menahan dingin, Gw berjalan menuju Sun Plaza. Gw berhenti sebentar saat melewati danau. Pemandangannya bagus. Sesekali Gw melihat sekitar karena was-was. Setelah melewati danau, masuklah ke kawasan pertokoan. Beberapa orang sedang berbenah untuk membuka tokonya. Gw memutuskan untuk sarapan di salah satu restoran yang sudah buka.

Gw menyantap pho & kopi vietnam. Senang bisa mencicipinya di negara asalnya. Kopinya datang bersama dengan lilin kecil supaya kopi tetap hangat. Gw tidak terlalu menikmati karena masih berusaha beradaptasi dengan dinginnya cuaca. Apalagi Gw mempunyai alergi dingin. Gw cek aplikasi di HP dan ternyata suhu 8°C. Jauh berbeda dengan suhu yang selama ini Gw amati sebelum berangkat yakni rata-rata 13°C.

Gw kembali melanjutkan perjalanan setelah yakin agak bisa beradaptasi dengan dingin dan saat itu sudah pukul 7 lewat. Sesampainya di Sun Plaza, sudah banyak orang yang antri tapi ternyata itu untuk yang sudah booking. Pembelian tiket umum baru dibuka pukul 8.00. Lima belas menit lagi Gw gunakan untuk sikat gigi & cuci muka di toilet hehe.

Tiket dijual dibagi menjadi 4 bagian :

  1. Tiket kereta (PP) : VND 99,000 (Rp. 65,000)
  2. Tiket cable car (PP) : VND 737,000 (Rp. 489,000)
  3. Tiket kereta turun : VND 79,000 (Rp. 52,000)
  4. Tiket kereta naik : VND 99,000 (Rp. 65,000)
Arsitektur bergaya Eropa karena pernah dijajah Prancis

Untuk tiket turun/ naik bisa dibeli nanti saat di atas. Rekomendasi dari internet, sebaiknya untuk turun/ naik tidak menggunakan kereta supaya bisa lebih mengunjungi patung Buddha & Dewi Kwan Im. Tapi baru turun dari cable car saja Gw langsung berpikir untuk membeli tiket kereta naik & turun. Ini karena Gw merasa ga kuat untuk menahan dingin.

Kondisi cuaca buruk saat itu karena kabut sangat tebal & gerimis sehingga mengurangi pemandangan. Namun, ini membuat Fansipan seperti magical. Seperti memasuki dunia khayal.

Di bawah aja badan Gw sudah gemetar apalagi di ketinggian 3143 mdpl! Untungnya naik turun tangga bisa membuat badan Gw sedikit hangat tapi masalah berikutnya adalah kelelahan. Anak tangga yang banyak dan ditambah bawa 2 tas membuat Gw harus nyicil nafas.


Fansipan ini merupakan puncak tertinggi Indochina dan wilayahnya dekat dengan perbatasan Cina. Terdapat beberapa kuil di sini dengan persembahan untuk dewa-dewi juga lengkap juga kebersihannya terjaga.

Salah satu altar Buddha

Gw memutuskan untuk turun karena sudah pukul 12 dan kabut juga belum juga hilang. Namun, sayangnya ketika Gw sudah di cable car, cuaca sudah cerah. Gapapa, jadi Gw tidak melewatkan lanskap bagus dari cable car.

Kabut mulai hilang ketika turun

Cat-cat Village

Gw menuju ke desa Cat-cat setelah check-in hotel. Desa ini berjarak sekitar 3 km dari hotel dengan kontur jalan yang menurun. Sepanjang jalan banyak dijumpai toko pakaian tradisional suku Hmong. Suku Hmong ini adalah sub-grup dari suku Miao yang berasal dari Cina. Pakaian mereka sangat detail dan berwarna.
Penjual souvenir

Untuk masuk ke desa ini dikenakan biaya sebesar VND 90.000 (Rp. 60,000). Sepanjang jalan, banyak pedagang yang menjual souvenir dan makanan khas. Salah satunya kerajinan perak dan Gw menemukan kalung yang Gw mau. Susah banget carinya di Jakarta. Terakhir Gw lihat di Singkawang dan Gw malah tidak beli.
Quan Am dalam bahasa Vietnam

Gw tidak melanjutkan perjalanan lagi karena telapak kaki Gw agak sakit dan takut kemalaman. 
Sa Pa sangat meriah pada malam hari. Mayoritas restoran dihiasi dengan lampu warna-warni. Tambah meriahnya lagi karena hiasan Natal.
Di Vietnam, Natal bukan hari libur tapi tidak ada larangan untuk merayakan hari Natal. Di tengah kota Sa Pa bahkan sedang dibangun panggung besar untuk menyambut Natal.

Suhu turun menjadi 7°C dan Gw memutuskan mencari makan yang lebih hangat tapi bukan pho. Gw memilih random tempat makan dan menunjuk salah satu menu dengan gambar yang Gw kira sop. Ternyata itu adalah bubur babi. Rasanya lumayan dan pas untuk suhu yang dingin.

Jalur kereta menuju/ dari Sa Pa.

Kemudian Gw ke Cong Caphe. Sebenarnya tidak masuk ke itinerary tapi Gw lihat kafe ini selalu ramai. Konsepnya unik. Interiornya seperti kembali ke jaman dulu dengan dihiasi banyak bendera Vietnam & komunis. Staff-staffnya juga berseragam ala militer.


Hari terakhir

Sebenarnya Gw nyaman di Sa Pa tapi suhunya yang dingin membuat Gw mau buru-buru pulang saja. Di hari terakhir ini Gw habiskan dengan berkeliling danau dan jajan chestnut cake.  Gw juga sarapan pho di resto yang pemandangannya ke arah Cat-cat Village. Tidak lupa Gw beli bahn mi buat bekal di jalan.

Bis yang menuju Hanoi berangkat pukul 11.00. Kali ini Gw mencoba armada bis dari Sao Viet. Banyak review positif untuk Sao Viet dan kebetulan jadwalnya cocok. Fasilitas dan kondisi bis tidak berbeda jauh dengan armada sebelumnya. Ongkos bis kali ini sebesar Rp. 225,269.

Melewati danau menuju tempat pemberangkatan bis

Penginapan

Gw menginap di Sapa Center View Hotel. Menurut Gw dengan perbandingan lokasi dan harga, penginapan ini sudah cukup oke. Tempatnya pun bersih dan beruntung Gw dapat yang double bed jadi Gw dapat 2 selimut. Gw kaget dengan jumlah pasta gigi & sikat gigi yang tersedia. Biasanya selalu dikasih pas tapi ini lebih. Ada sekitar masing-masing 10 biji. Shower juga berfungsi dengan baik untuk air panasnya.

 

IYLMAGINATION Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea