04/05/19

Tsunami Anyer 22 Desember 2018

Diposting oleh iylmagination di 03.41
Sabtu, 22 Desember 2018

Rencana perjalanan ke Anyer saat itu tidak disertai rasa antusias gw tapi atas dorongan teman-teman, jadi juga berangkat ke sana. Biar liburan kata mereka.
Sebelum berangkat Gw iseng buat grup Whatsapp yang anggotanya hanya 4 orang termasuk Gw. Isinya hanya Gw yang share posisi, berangkat sama siapa dan kemana.
Kenapa juga bikin grup Whatsapp? Entah. Tapi saat itu mikirnya jaga-jaga. 

Tapi begitu sampai di Anyer, rasanya tidak ada yg perlu diwaspadai. Apalagi ternyata penginapan persis pinggir pantai. Dari kejauhan samar-samar ada pemandangan gunung lagi. Seneng!
Maklum, kalau cuaca sedang bagus lihat pemandangan Gunung Karang saja dari kantor di lantai 31 sudah excited apalagi sedekat ini.


Biarpun ada acara kumpul-kumpul tapi Gw lebih banyak menyendiri, duduk di tepi pantai.
Dari siang hari, biarpun panas, kemudian lanjut lagi dari sore sampai ke malam.
Gambar di atas itu kira-kira diambil setelah matahari habis terbenam. Bagus ya?!
Tapi acara duduk-duduk di pantai harus kepotong sama makan malam.

Makan malam sudah habis tapi masih ada acara bakar-bakar. Karena peralatan dan bahannya masih perlu waktu untuk disiapkan. Lanjut lagi deh ngelamun di pinggir pantainya.

Pukul 21.00-an
Ternyata bakaran sudah siap. Jadi kepotong lagi acara ngelamunnya, mau bantuin Ibu-Ibu yang lagi bakar-bakar.

Pukul 21.20
Air pasang sampai ke teras belakang, tempat dimana kita bakar-bakar. Biarpun letak penginapan dekat pinggir pantai tapi hal yang aneh sampai sejauh ini airnya.
Tapi pemilik penginapan bilang ini hanya karena tanggul jebol. Tanggul apa ya?
Tanpa pikir panjang kirim pesan Whatsapp ke temen gw, Tika. Apa wajar air pasang sejauh ini?
Tapi sinyal sudah tidak ada.
Tak lama, datang lagi air pasang. Kali ini lebih kencang.

Pukul 21.30
Dalam hitungan detik, air datang. Tinggi sekali. Dan jaraknya dekat.
Langsung lari ke depan penginapan, kebetulan ada balai-balai yang terbuat dari semen. Setelah sebelumnya mengangkat anak kecil ke atas situ, Gw pun naik juga ke balai-balai itu.
Tak lama air menghempas. Kaca-kaca pecah, kulkas hanyut, mobil-mobil terhempas seperti perahu. Alarm mobil bunyi semua, diiringi teriakan orang-orang. Semua menyebut Tuhan.

Setelah itu tidak tahu lagi pukul berapa, yang dipikirkan hanya bagaimana bisa mengungsi.
Tangan & kaki Gw gemetar tapi untungnya masih bisa berjalan dan tidak ada yang luka.
Syukurnya lagi, masih ada mobil yang masih bisa jalan.
Tahu adegan Walking Dead yang dimana orang-orang berusaha minta bantuan ke mobil yang lewat?
Ya seperti itu malam itu. Banyak yang berlari sambil minta bantuan supaya bisa ikut mobil tapi tidak muat :(

Post 1, Rumah warga.
Di sini agak tinggi. Kami saling berusaha mencari bantuan, memberi kabar dengan sanak keluarga tapi sinyal sangat susah.
Di sini juga akhirnya ketahuan luka-luka & kerusakan yang dialami. Luka kena pecahan kaca dan HP yang rusak karena terendam air.

Post 2, Rumah warga 2.
Ada warga yang bersedia berbagi ruangan rumahnya untuk kami. Tapi kami begitu banyak. Dan karena ada anak kecil juga jadi Gw tidur di mobil sambil menunggu kabar kapan bisa turun supaya segera berangkat ke kota. 

Post 3, Mobil.
Keadaan benar-benar gelap. Mau istirahat tapi tidak bisa karena kondisi mobil yang lembap dan dingin. Belum lagi Gw harus balik ke rumah warga dimana teman-teman yang lain menginap, supaya kita tetap bisa tahu kabar. Jarak ke rumah warga tidak dekat. Belum lagi jalanan yang tidak rata. Jalan berbatu juga sebagian berlumpur. Jalannya harus nyeker lagi.
Kenapa mesti Gw yang mondar mandir? Karena teman Gw kakinya luka kena pecahan kaca.
Akhirnya semalaman dihabiskan dengan ngobrol, diam, ngobrol, mainan embun di kaca mobil, ngobrol. Gitu terus sampai pagi.


Grup Whatsapp tadi akhirnya berguna untuk Gw kasih info terbaru biarpun sinyal masih susah.

Minggu, 23 Desember 2018

Gambar di bawah ini saat gw jalan - jalan keliling kampung cari warung yang jual sendal untuk temen Gw. Maunya sendal yang model slipper soalnya temen Gw lukanya sampai ke sela-sela jari.
Karena di warung tidak ada, Gw berdiri pinggir jalan nungguin ada yg lewat pakai slipper. Ada yg bersedia katanya nanti dianter ke tempat pengungsian.

Si Mas itu menepati omongannya untuk datang ke pengungsian tapi yang dibawa merupakan slipper yang bekas berlumuran lumpur dan rusak parah.
Harganya 50.000 katanya.
Lima puluh ribu??? Gw tawarlah jadi 20.000 tapi ga mau. Sampai teman Gw datang terpincang-pincang menenangkan karena ga ada yang mau ngalah padahal si Mas itu udah lihat kondisi kaki teman Gw.
Tapi akhirnya sepakat di harga 30.000 :)

Terdengar kabar kalau akan ada tsunami susulan lagi sehingga kita yang di tempat pengungsian kembali panik dan memutuskan untuk segera ke kota lewat jalur gunung.



Seringnya nonton berita bencana dalam keadaan baik-baik saja, sekarang nonton berita sebagai pengungsi yang sedang menunggu kabar baik.

Bantuan datang dari komunitas mobil kota Serang, kita pun cepat bergegas untuk ke kota lewat Padarincang.

Syukurlah perjalanan lancar. Sekitar 1 jam-an bisa sampai kota Serang dan mampir di rumah Tika.
Makasih Tika & keluarga yang mau nyambut Gw dan teman Gw yang bau & basah hahaha.
Makasih dibolehin mandi, makan krim sup anget sebelum akhirnya pulang ke Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

 

IYLMAGINATION Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea