17/03/14

Desperately miss you

Diposting oleh iylmagination di 20.46
Aku sudah lama tidak memikirnya, merindunya ataupun melihatnya. Dan memang kuhindari itu.
Namun, kemarin malam aku memimpikannya. Dalam mimpi itu ia tersenyum, mendekat kepadaku, dan berbicara. Hal yang sudah lama tidak terjadi selama setahun ini.
Pertengkaran hebat setahun lalu membuat kami saling menjauh. Dan semenjak itu, aku berusaha tidak mencari tahu tentangnya. Aku takut sakit itu kembali datang. Biarlah dia mengurus hidupnya sendiri. Aku tidak perlu tahu lagi tentang dia. Terkadang kita tidak harus tahu semuanya, karena dengan mengetahuinya justru membuat dada sesak.
Dan sampai memasuki bangku kuliah, aku masih melakukannya. Meskipun saat ini mimpi itu mengganggu. Membuat rasa rinduku tumbuh sedikit demi sedikit. Mungkinkah dia merindukan ku? Bukankah begitu kata orang kalau kita tidak memikirkan seseorang namun ia muncul dalam mimpi maka orang itulah yang merindukan kita? Ah...tidak.

Hari ini hari Minggu tapi kali ini aku hanya menghabiskannya dirumah. Tidak ada kegiatan membuat mimpi itu kembali terbayang. Aku menekan tombol di layar handphone. Biarpun sudah kuhapus kontaknya tapi secara otomatis jariku sudah tahu harus menekan nomor berapa. Ah! Tersambung.
"Haloooo..", katanya dengan nada suara yang riang, sepertinya dia sedang senang. Syukurlah.
"Halooo", katanya lagi.
"Halo ?". Iyaa halo, kataku dalam hati. *beep* dia menutup telepon. Mengapa tak sepatah kata pun yang keluar dari mulut ku?. *kriiiing* Dia menelepon balik. Tapi tidak ada suara. Sepertinya, dia ingin aku yang menjawab. Aku diam. "Halo?", akhirnya dia bersuara. *beep* kali ini aku yang menutup. Dia menelepon untuk yang kedua kali tapi lekas aku tutup. Dia penasaran. Dia tidak tahu ini aku, aku mengganti nomorku sebulan yang lalu.
Aku senang mendengar suaranya. Rinduku pun semakin membuncah.
*kriing* Kukira  dia tapi ternyata temanku yang menelepon.
"Ehhh Vo!! Dimana lo??? Beneran ga jadi nih ke JakFest? Nyusul lah", teriak Lulu melawan suara bising di sekitarnya.
"Iya deh jadi, gw nyusul ya". Rencana ku berubah seiring dengan perasaan ku.
"APAAN??". *beep* sepertinya lebih baik aku mengirim pesan singkat kepada Lulu.

Di tengah keramaian orang, aku melihatnya. Berdiri bersama teman-temannya. Dia tampak lebih stylish sekarang. Haruskah aku menemuinya? Lalu apa yang akan kukatakan? Atau haruskah aku mengirimnya pesan?
Terlalu lama berpikir akhirnya dia pergi tertelan kerumunan orang. Melawan gengsi akhirnya aku mengirimnya pesan.
Ga bisa kurang lama berdirinya? Kangennya belum abis. Terkirim. Kemudian aku beranjak dan memutuskan pulang. Tidak ada balasan.
Biarlah, aku sudah sangat senang mendengar suaranya hari ini. Juga melihatnya. Kebetulan-kebetulan ini, apa semesta merencanakannya agar aku kembali padanya?

Hari Minggu berikutnya, aku akhirnya mengirim sebuah pesan setelah berpikir sekian lama.
Hey, Rama. Aku ada di The Latte&mate Coffee. Kalau ada waktu kesini ya tapi kalau ga bisa gapapa.Ivo.
Ok. Tunggu, balasnya kemudian.

Aku sudah memakan 2 cake. Bukan karena lapar, aku gelisah. Jantungku berdegup dengan kencang. Mungkinkah dia benar-benar datang?
Saat pintu coffee shop terbuka, saat itulah aku rasanya ingin melompat. Dia benar-benar datang. Dia menatap sekeliling ruangan. Lalu mata kami bertemu. Kami tersenyum.
"Hai, maaf menunggu", katanya memulai.
"Hai. Gapapa".
"...".
"...". Kemudian kami hanya diam. Hanya saling memandang.
"Jadi, umm aku mesen dulu deh", dia coba memecahkan kesunyian. Aku mengangguk.
Aku harus mulai darimana? Apa pula tujuan ku mengajaknya kesini? Aku belum memikirkannya.

Suasana tidak berubah setelah ia memesan kopi dan kembali duduk. Bahkan sampai kopi dan cake kami habis.
"Jadi kamu minta aku kesini hanya untuk liat-liatan?".
"...". Aku menunduk.
"Haduh..kamu ga berubah. Tetap saja gengsian dan...cantik", katanya sembari senyum.
Aku juga tersenyum. "Terima kasih".
"Aku kangen kamu", ujarku lirih.
"Aku tahu. Aku kan ngangenin hahaha". Candaannya membuat kekakuanku berkurang.
"Waah..kangen aku terbalas ya?! Aku juga kangen kamu. Jangan menghilang lagi ya?".
"Iya ga akan", jawabku,"Ram, bisa ga kita sama-sama lagi kayak dulu?". Tembok harga diriku runtuh.
"Maaf Vo, kalau soal itu aku belum bisa. Aku masih melihat gengsi mu yang besar itu sampai saat ini. Biarpun kamu akhirnya bilang kayak gitu barusan. Tapi mari kita mulai semua dari awal. Sama seperti dulu saat kita berteman"

"...".

0 komentar:

Posting Komentar

 

IYLMAGINATION Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea