Gunung Fansipan
Sa Pa merupakan tujuan utama Gw saat memutuskan untuk ke Vietnam.
Setibanya di bandara Noi Ban, Hanoi, Gw mencari transportasi menuju tempat pemberangkatan bis. Gw memesan ojek online melalui Grab tapi driver memanggil ojek lainnya. Dengan bahasa tubuh, sepertinya driver yang akan mengantar Gw adalah ojek satunya ini. Tentu saja Gw menolak karena alasan keamanan. Gw mau identitas dan plat nomor yang sama dengan yang di aplikasi sehingga kalau terjadi kejadian yang tidak diinginkan bisa lebih mudah di-track. Gw mencoba opsi lain yakni dengan taksi online tapi waktu tunggu yang lumayan lama. Sebenarnya ada bis yang tersedia tapi berkali-kali bertanya ke orang Gw bingung karena kendala bahasa. Kendala bahasa dan penerbangan yang delay, jadi penyebab Gw hampir 1 jam di bandara. Namun, akhirnya Gw berhasil naik bis no. 86 yang waktu ngetemnya lama sekali.
Di Google Maps, jarak bandara dan tempat pemberangkatan hanya 45 menit tapi karena bis ngetem, alhasil Gw baru sampai pukul 22.15 sedangkan waktu berangkat 22.00.
Raut muka kesal kentara sekali saat Gw menyebut tujuan bis Gw di tempat keberangkatan. Salah satu laki-laki langsung memberikan Gw helm dan meminta Gw naik motornya. Ternyata bis sudah berangkat dan terpaksa harus dikejar dengan motor. Selama di jalan, si Bapak mengeluh keterlambatan Gw dan nomor Gw yang tidak bisa dihubungi. Gw merasa tidak enak karena Gw juga tidak mengerti kenapa tidak ada telepon yang masuk dan baru ada pemberitahuan telepon masuk ketika Gw sampai di tempat pemberangkatan. Gw pun mengucap maaf berkali-kali.
Bis berhasil dikejar. Setelah melepas sepatu dan memasukkannya ke plastik kresek yang diberikan supir bis, Gw bergegas masuk ke bagian belakang bis yang masih kosong. Dengan harga sebesar Rp. 153,381, kondisi bis tidak bisa dibilang baik atau buruk terlebih Gw banyak menghabiskan waktu dengan tidur. Gw memesan melalui Bookaway,
Pukul 6 pagi akhirnya sampai di Sa Pa. Dingin banget! Sa Pa masih gelap dan diselimuti kabut tebal. Sambil menahan dingin, Gw berjalan menuju Sun Plaza. Gw berhenti sebentar saat melewati danau. Pemandangannya bagus. Sesekali Gw melihat sekitar karena was-was. Setelah melewati danau, masuklah ke kawasan pertokoan. Beberapa orang sedang berbenah untuk membuka tokonya. Gw memutuskan untuk sarapan di salah satu restoran yang sudah buka.
Gw menyantap pho & kopi vietnam. Senang bisa mencicipinya di negara asalnya. Kopinya datang bersama dengan lilin kecil supaya kopi tetap hangat. Gw tidak terlalu menikmati karena masih berusaha beradaptasi dengan dinginnya cuaca. Apalagi Gw mempunyai alergi dingin. Gw cek aplikasi di HP dan ternyata suhu 8°C. Jauh berbeda dengan suhu yang selama ini Gw amati sebelum berangkat yakni rata-rata 13°C.
Gw kembali melanjutkan perjalanan setelah yakin agak bisa beradaptasi dengan dingin dan saat itu sudah pukul 7 lewat. Sesampainya di Sun Plaza, sudah banyak orang yang antri tapi ternyata itu untuk yang sudah booking. Pembelian tiket umum baru dibuka pukul 8.00. Lima belas menit lagi Gw gunakan untuk sikat gigi & cuci muka di toilet hehe.
Tiket dijual dibagi menjadi 4 bagian :
- Tiket kereta (PP) : VND 99,000 (Rp. 65,000)
- Tiket cable car (PP) : VND 737,000 (Rp. 489,000)
- Tiket kereta turun : VND 79,000 (Rp. 52,000)
- Tiket kereta naik : VND 99,000 (Rp. 65,000)
Arsitektur bergaya Eropa karena pernah dijajah Prancis |
Salah satu altar Buddha |
Kabut mulai hilang ketika turun |
Penjual souvenir |
Quan Am dalam bahasa Vietnam |
Jalur kereta menuju/ dari Sa Pa. |
Melewati danau menuju tempat pemberangkatan bis |